Lembaga pangan dunia atau Food and Agriculture Organisation membuat sebuah riset yang menyatakan bahwa pada tahun 2050 jumlah penduduk dunia akan mengalami peningkatan hingga mencapai 9,6 miliar. Pertumbuhan penduduk menyebabkan permintaan akan bahan pangan meningkat hingga 70%. Permintaan ini akan susah tercapai karena adanya degenerasi tenaga kerja di bidang pertanian hingga terjadi aging farmer dimana sebagian besar petani terdiri dari kelompok usia tua. Hal ini terjadi karena, anggapan bahwa pendapatan pendapatan hasil pertanian sangat rendah. Adanya persepsi negative tentang petani, petani tidak menuntut pendidikan tinggi yang mana sektor diluar pertanian menuntut pendidikan tinggi yang mana semakin tinggi pendidikan semakin tinggi pula sebuah kedudukannya. Usaha dibidang pertanian memiliki resiko yang tinggi seperti gagal panen akibat bencana alam, fluktuasi harga dan ketidakpastian lainnya.
Faktor-faktor yang menyebabkan degenerasi petani ini membuat usaha bidang pertanian semakin rendah. Sehingga ketersediaan pangan belum bisa dipenuhi dengan produksi dalam negeri. Pemenuhan permintaan nasional harus didukung dengan peningkatan produksi dalam negeri dengan usaha pertanian cerdas atau smart farming. Metode ini berbasis teknologi artificial intelligence (AI) untuk memudahkan petani melakukan pekerjaan yang lebih efisien, terukur dan terintegrasi. Teknologi ini terdiri dari internet of things (IoT), human-machine interface, teknologi robotik dan sensor serta teknologi 3D printing. Teknologi smart farming telah mengakselerasi proses bertani diberbagai negara guna meningkatkan produktivitas dan kualitas produk (Rachmawati 2021).
1. Teknologi Blockchain Untuk Off Farm Modern
Suatu transaksi digital yang berdasarkan pada strukturnya, yang mana catatan individu yang disebut dengan blok akan dihubungkan bersama dalam satu daftar yang dikenal dengan chain. System ini menjamin transparansi dan traceability (ketelusuran) aliran produk petanian mulai dari hulu sampai hilir sehingga para pelaku pertanian dapat saling mengontrol. Sistem ini menyederhanakan pengiriman logistik hasil pertanian (Rachmawati 2021).
Aplikasi penjualan hasil panen para petani tidak perlu melewati rantai distribusi yang panjang. Penggunaan aplikasi ini memudahkan para petani untuk mendapatkan harga yang lebih tinggi, karena tidak terpaut dengan panjangnya rantai distribusi. Teknologi ini juga dapat mempermudah pengerjaan dengan menghemat waktu dan energi. Aplikasi yang sudah banyak digunakan di Indonesia adalah alikasi Pak Tani.
2. Agri Drone Sprayer (Drone Menyemprotkan Pestisida dan Pupuk Cair)
Teknologi ini merupakan inovasi untuk meminimalkan resiko penyemprotan pada tanaman. Teknologi ini bekerja sesuai dengan pola yang dibuat dengan menggunakan perangkat android dan dipandu dengan GPS. Kapasitas drone mencapai 20 liter, 1 hektar lahan dengan disemprot dalam waktu 10 menit, dengan kecepatan semprot 3 km/jam dan ketinggian 1,5 – 2 meter dari permukaan tanah. Dosis pengaplikasian dapat diatur dengan mengatur bukaan kran penyemprotan. Selain itu petani juga dapat mendapatkan foto dan video kondisi pertanaman terupdate dengan dukungan surveillance (Rachmawati 2021).
3. Drone Surveillance (Drone Pemetaan Lahan)
Drone atau Unmanned aerial Vehicle (UAV) adalah teknologi pemetaan yang memanfaatkan pesawat tanpa awak untuk melakukan pemotretan udara dengan teknologi GIS untuk memetakan suatu lahan.
Kelebihan :
- Hasil pemotretan lebih jernih
- Drone dapat terbang dalam kondisi landasan ekstrem, karena tidak membutuhkan area landing dan take off yang luas.
- Low cost atau biaya pemetaan lebih murah
- Pengerjaan lebih efisien
Drone dapat melakukan pemetaan dengan luasan lahan 20-50 hektar, selama 15-25 menit per penerbangan. Sehari drone dapat melakukan penerbangan sampai 10 kali penerbangan dengan luasan lahan 200 hektar.
Pemetaan dengan luasan lahan lebih dari 350 hektar diwajibkan untuk menggunakan fix wing dengan jangkauan hingga 5000 hekta untuk sekali terbang (MSMB 2018).
Penerapan teknologi smart farming 4.0 di Indonesia menjadi tantangan tersendiri mengingat tingkat pendidikan para petani relative randah. Oleh kerena itu perlu adanya sosialisasi untuk para petani muda supaya adanya transfer ilmu.
Drone surveillance, Teknologi Block chain dan Drone Sprayer merupakan 3 dari ratusan teknologi yang siap untuk diadopsi mengefisienkan pengerjaan di kebun para petani. Salam tani, bersama Nutrisi ACELE Petani Maju dan Sejatera
Sumber :
- [MSMB] Mitra Sejahtera Membangun Bangsa. 2018. Smart farming 4.0: masa depan pertanian Indonesia [Internet]. [cited 2020 Nov 20]. Tersedia dari: https://msmbindonesia.com/ smart-farming-4-0-masa-depan-pertanian.
- Rachmawati, rika Reviza. 2012. Smart Farming Untuk mewujudkan Pertanian Indonesia Maju, Mandiri, Dan Modern. Forum Penelitian Agro Ekonomi 38 (2) : 137-155.